Ini adalah jam mekanik pertama saya, Seiko Automatic Cal.7009. Saat membelinya (bekas), kondisinya sudah tidak 100% original. Rantai tidak asli, kaca sudah diganti, crown dan kenop yang bukan aslinya dipaksakan terpasang. Untuk itu si tukang jam membobol lobang kenopnya agar muat.
Tukang service menyatakan ini asli dan biaya servicenya 50 ribu rupiah. Begitu jamnya hidup lagi, saya mulai menyukainya. Saya ganti strapnya. Mulai saya pakai.
Lalu saya mulai melihat ia mirip dengan saya. Tua (whaaat?), rusak, jatuh, tak hidup dengan benar dan perlu "a mental refurbishment". Jam ini cerminan saya yang saat ini berusaha bangkit lagi, refurbish myself.
Lalu ia pun saya istimewakan. Saya pakai ia jalan-jalan, syuting film dan saat presentasi. Tidur kadang saya juga pakai. Bukan apa-apa, Bro. Biar paginya nggak repot ngeset ulang.
Gradually I love her. Padahal di antara koleksi saya, ia bukan jam terbaik. Di semua seri merknya pun, Cal. 7009 bukan pula yang terbaik. Saat ini power reservenya paling cuma 6 jam-an kecuali dipakai terus. Syukurnya akurasi lumayan baik.
Tapi ya...inilah jam pertama saya yang punya kisah. Ia pula yang mengawali koleksi jam tangan saya. Sebagus apapun jam lain, rasanya ia yang paling istimewa. Bukan cuma sebagai koleksi perdana tapi juga koneksi kejiwaannya dengan saya.
Kadang saya tergoda menjualnya karena mau yang lebih bagus. Lagian untuk bikin kisah baru saya perlu yang istimewa. Tapi jam ini terlalu bermakna untuk disingkirkan. Sebagaimana saya tergoda menjadi bukan diri sendiri, begitulah keinginan saya untuk menjualnya. Dan syukurlah niat itu gagal.
Jadi pada sore ini, saya ukir kata-kata tersebut di bokongnya....
I call her "The Vint". With her I passionately waiting for the next adventure. This is my wrist watch story.
(diposting pertama kali di Facebook 25 November 2017 dengan judul " THE VINT". Dikembangkan lagi pada 24 Agustus 2024)
THE VINT NEXT STORY: HIMAWARI
Kisah Si Vint ini ternyata tak sampai di situ. Setelah bolak-balik servis, saya jadi sebel. Mau saya jual aja sebagai rongsokan. Tapi kok eman-eman mengingat karena dia jam mekanik pertama saya. Lalu saya melukis bunga matahari di dialnya pakai cat akrilik. Kuasnya adalah tusuk gigi. Kemudian saya tambahkan lukisan bunga dandelion dan kupu-kupu. Lukisan itu melambangkan seseorang yang waktu itu saya cintai. Dia saya sebut sebagai si bunga matahari. Dia juga bilang suka dengan dandelion. Makanya belakangan bunga itu saya sertakan.
Kisah kami memang tidak berlangsung bahagia. Pokoknya dia kemudian menikah setelah saya sakiti hatinya. Hati saya hancur saat itu. Padahal dulu sempat ingin kalau nikah, jam ini saya pake. Jam ini mau saya jadikan lambang "kebangkitan kembali". Nyatanya jam yang nemenin saya jatuh bangun adalah jam satunya.
Nah, yang bikin merinding, ternyata jam ini (setidaknya bagian case backnya) dibuat pada bulan dan tahun kelahiran si gadis bunga matahari itu. Saya tahu setelah mempelajari sistem penomoran case back Seiko 5 di mana kita bisa melacak kapan jam itu diproduksi. Begitu menyadarinya saya langsung membatin, "Wow, this is a synchronicity". Ajaib. Jam itu bahkan saya beli sebelum kenal dia. Saya sempat kasih tahu fakta aneh ini ke dia tapi itu tak membantu memulihkan hubungan kami sih hehehe. Ya memang sudah salah saya sedari awal. Ya sudah lah memang sudah takdirnya.
Jadi si Seiko Himawari ini pun lantas tersimpan dalam kotak. Saya masih merasa puas memandangi lukisan yang saya bikin. Rasanya bagus gitu hehehe. Saya mungkin kesulitan bikin gambar itu lagi.
0 Comments