Kita bisa membagi era jam ke dalam 2 jaman: Pre Quartz dan Post Quartz. Pre Quartz adalah era di mana para pembuat jam berlomba soal akurasi. Diawali dengan inovasi Tourbillon dari Breguet. Meski inovasi ini kemudian waktu dianggap agak "sia-sia" karena hasilnya ndak terlalu signifikan, Tourbillon dianggap sebagai pencapaian estetik yang tinggi di dunia pembuatan jam.
Era quartz mengubah banyak hal. Setidaknya dua hal yang terpenting: perlakuan terhadap manufaktur jam dan juga strategi penjualan. Bagaimanapun quartz tetaplah jauh lebih akurat dan nggak ribet dibanding jam mekanik, tak bisa dibantah lagi. Maka yang dilakukan produsen jam mekanik adalah menyentuh sisi pribadi dari pemakainya. jam sebagai seni, gaya hidup dan penanda memori. Melejitnya harga Rolex sebagai penanda status adalah contoh paling gamblang.
Dari sini maka kita bisa paham bahwa harga jam bukan saja dinilai secara material. Kini, era post quartz, jam mekanik dinilai sebagai sebuah penanda kemajuan peradaban manusia. Miniatur kemajuan teknologi dalam sebuah case kecil. Ia menjadi benda sentimentil yang juga fungsional. Apalagi jika perusahaan pembikinnya sudah berusia hitungan abad maka nilai warisan budaya pun akan masuk menambahkan nilai nominal sebuah jam. Jadi jangan heran jika sebuah jam yang dibikin oleh perusahaan berusia seabad harganya bisa sampai seharga rumah. Memang susah dipilah antara nilai status dengan snobisme.
Tabel ini memaparkan gambaran kasar belaka. Pada kenyataannya beberapa model jam brand tertentu harganya bisa berada di level lain karena satu hal. Setidaknya anda punya gambaran... jam yang anda pakai atau rencana mau beli itu ada di kategori yang mana.
Bagi kami, tetap saja, nilai suatu jam itu tak diukur dengan semata harga melainkan kisah yang anda alami bersamanya. Karena untuk itu kami menulis di Kronostoria.
0 Comments