RICHARD MILLE, PENANDA STATUS TAJIR PARA SELEB DAN POLITISI

Oleh Gugun (penyuka jam jadul)

Untuk memahami jam tangan, setidaknya anda musti ngerti horologi dasar lah ya. Jam tangan itu setidaknya ada 2 macam: mekanik sama quartz (batere). Kenapa sebuah jam bisa mahal, bisa jadi karena material bahannya, teknologinya, sejarahnya dan bisa juga karena prestise pembuatnya. Seberapa mahal sebuah jam tangan seharusnya? Nah, ini adalah bahasan yang ndak selalu sederhana.




Beberapa waktu yang lalu, seorang jendral kita dirasani sama media Singapura gara-gara punya jam mewah bermerk Richard Mille. Yang awam mikir, lha emang kenapa? Wajar kan orang berpangkat punya jam mewah? Emang berapa sih harganya?

Berita soal itu di sini: https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/indonesian-armed-forces-chief-says-his-luxury-watch-is-a-knockoff-throws-on-floor-to

Monggo sampeyan googling, berapa kira-kira harga rupiahnya Richard Mille seri Felipe Massa RM011 Flyback Chronograph. Nggak mahal kan kalo dibanding duit yang diperkarakan sama Om La Nyalla Mattalitti ke Pak Prabowo? Hehehe harganya cuma 1/40 nya. Apalagi Om Nyalla juga pernah terlihat pake Audemars Piguet yang harganya bisa 11-12 ama Richard Mille. Murah lah itu…

Richard Mille adalah orang Prancis pembuat jam kelahiran tahun 1951. Ia mendirikan perusahaannya di Swiss tahun 1999 dan baru pada tahun 2001 meluncurkan seri perdana jam tangan mewahnya yakni RM001. Jika Rolex, Audemars Piguet, Jaeger LeCoultre, Patek Philippe menjual jam mereka dengan super duper mahal karena punya value bahwa perusahaannya emang udah lahir sejak 1800an, lha Richard Mille ini kenapa kok bisa mahal padahal lahirnya baru “kemarin sore”?

Perlu anda tahu, jam-jam tangan yang super duper mahal itu dikeluarkan oleh perusahaan yang usianya cukup sepuh. Mayoritas mereka didirikan di Swiss karena negara itu emang kayak suakanya para pembuat jam kelas wahid sejak jaman orang-orang sini masih dijajah Londo.

Ambil contoh ya...Audemars Piguet didirikan pada tahun 1875, Patek Philippe tahun 1839, Jaeger LeCoultre tahun 1833, Rolex adalah perusahaan yang paling muda yakni tahun 1905. Ketika krisis Quartz terjadi tahun 70an, banyak perusahaan jam Swiss terjungkal. Kalah ama jam-jam teknologi batere baru yang dibikin Jepang. Maka mereka memutar otak gimana agar bisa bertahan dengan teknologi mereka yang “ketinggalan jaman”. Maka di sinilah peran para pakar marketing mereka. It’s okay mereka kalah langkah ama Jepang. Maka orang Swiss pun menjual jam dengan cara lain. Value!

Di samping kualitas manufaktur, jam Swiss mengusung nilai sejarah, warisan teknologi serta seni sebagai marketing value. Ini yang disebut prestise. Jam tidak dijual sebagai semata-mata alat, namun sebagai penanda status. Ada peran semiotik di situ. Semakin sepuh atau senior perusahaannya, value-nya semakin naik. Sebuah Rolex yang jaman perang dulu nilainya cuma jutaan, sekarang bisa milyaran.

Makanya beberapa pecinta horologi bisa mengernyitkan dahi sama Richard Mille atau Hublot misalnya, kenapa kok harganya bisa ngalah-ngalahin jam sesepuhnya?

Nah, begini Richard Mille “menjawab” kenyinyiran itu. Berikut ini adalah daftar kualitas yang diusung oleh jam-jam bikinan Richard Mille:

-BAHAN: Richard Mille memakai bahan-bahan berteknologi tinggi yang bukan cuma tak lazim digunakan pada jam melainkan juga pada industri secara umum. Carbon nanotubes, toughened ceramic, NTPT® carbon (aslinya buat racing yachts), silicon nitride, emas yang dipadu dengan tempaan karbon dan kuarsa, perfluoroelastomer serta bahan-bahan lain digunakan untuk membikin jam Richard Mille. Bahkan yang “ngeri”, case jam seri RM056 dan RM 07-02 Lady Pink dibikin dari bongkahan utuh batu kristal safir. Richard Mille harus mencurahkan teknologi dan pengetahuan mineralogi yang detail untuk membuat case-case jam yang unik agar alus dan rapih. Beda kelas dong ama Seiko dan Citizen yang saya pake hihihi

-MESIN: Mesin jam Richard Mille dibikin secara in-house (nggak beli di pabrik lain) khusus untuk jam mereka sendiri. Mekanismenya didisain ulang agar pas dengan material, case dan fungsinya. Richard Mille meninggalkan disain klasik yang ribet dan penuh “kembangan”. Ia lebih mengganggap dirinya sebagai ahli mesin mobil balap semacam Formula 1. Secara khusus, mesinnya dilapisi dengan PVD (Physical Vapor Deposition) atau Titalyt. Fungsional namun tak meninggalkan seluruhnya cita rasa estetik. Tentu saja bukan estetika jadulnya Rolex atau Patek Phillippe.

-PRESTISE: Meski memutuskan dari sebagai pakar mesin jam mekanik berteknologi tinggi, Richard Mille tak melupakan fungsi utama sebagai jam mewah. Mereka nggak mau jadi bener-bener jualan mesin kayak jam Citizen atau Seiko. Jam Swiss ama jam Jepang itu beda filosofi. Jepang=fungsi, baru estetika. Swiss=nilai, estetika, baru fungsi. Makanya sejak peluncurannya Richard Mille memposisikan bahwa produk mereka adalah untuk orang prestisius. Dibuat limited dan menggunakan celebrity endorsement sebagai promosi. Makanya yang pake Richard Mille biasanya atlit profesional yang berprestasi internasional dan artis. Ada Rafael Nadal, aktor Jackie Chan, Michelle Yeoh dan lain-lain. Politisi dalam negeri ikut-ikutan juga. Selain La Nyalla Mattalitti yang barusan heboh soal mahar politik 40an milyar, ada juga Fadli Zon, Setya Novanto, dan Jendral Moeldoko. Eh tapi Jendral bilangnya itu jam KW ya? Sori.

Pokoknya, disain Richard Mille yang kekinian, khas dan lumayan mencolok mata menjadi penanda status yang mudah dikenali. Tajir dan berkuasa? Pakai Richard Mille. Jadi angker dah.

Okay, akhirul kalam… kalo anda pemakai jam rakyat semacam Seiko, Citizen atau malah yang lokal kayak Alexandre Christie atau Digitec, kalo ntar tajir tertarik pake Richard Mille nggak?  "Sesuwatu" sekali loh kalo kata Princess Syahrini hehehe

Related articles:

Bagikan artikel ini :

Post a Comment

 
Copyright © 2011.    KRONOSTORIA - All Rights Reserved
Thanks maturnuwun to MASTEMPLATE and also dumateng TUKARCERITA