PENGANTAR PENERJEMAH

Cerita ini saya terjemahkan dengan bebas dari artikel berjudul “Jessica’s Cornavin Dolphin” yang termuat di situs Timezone.com bertanggal 16 September 2002. Udah lawas banget. Cornavin adalah brand jam antar bangsa (Swiss, Amerika, Russia) yang sudah beredar sejak tahun 1920an dan maraknya terutama pada tahun 70an. Saat ini brand ini dipegang oleh perusahaan yang sama sekali baru dan tak terkoneksi dengan heritage aslinya. Dari tinjauan saya pribadi, Cornavin milik Jessica ini dibuat pada tahun 70an atau sebelumnya di Amerika tepatnya Virginia Island dengan mesin dari Russia. Logo pada pelat (atau juga kita sebut dial) itu sepertinya mirip ikan pedang. Namun Walt Odets, orang yang menanganinya sekaligus penulis asli artikel ini, menyebutnya sebagai “Dolphin”. 

Saya juga setuju sama Odets. Maka di artikel ini saya terjemahkan saja sebagai “Si Lumba-lumba”. Kisah jam tangan Jessica ini menarik saya. Betapa hebat mengetahui ada mesin jam tangan murah bisa bertahan selama itu. Terlebih kisah di baliknya juga dramatis. Tak diketahui apa yang terjadi selanjutnya pada Jessica maupun jam Cornavin Lumba-lumba itu. Jika jam itu saat diservis setidaknya pada tahun 2002 sudah berusia 24 tahun, maka saat saya menerjemahkan artikel ini pada 2024, maka jam itu sudah berusia 46 tahun. Wowww. Karena kebetulan saya juga punya sebuah Cornavin Dolphin, maka saya termotivasi sekali untuk menerjemahkan cerita ini. Enjoy! Sori ya, Pak Odets. Saya belum minta ijin karena nggak tahu kontak anda.


Walt Odets

TENTANG WALT ODETS

Dari penelusuran di internet, Walt Odets konon adalah blogger jam pertama jauh sebelum Hodinkee dan semacamnya. Ia adalah seorang psikolog yang juga menulis beberapa buku tentang homoseksualitas. Odets menjalani watchmaking sebagai hobby. Biasanya ia mengoleksi jam-jam luxury high-end dan vintage. Dulu di jagad penggemar jam ia sempat bikin heboh dengan ulasannya soal Rolex Explorer. Odets juga punya minat serius pada fotografi. Dia memenangkan The San Francisco Foundation's James D. Phelan Award for Photography pada tahun 2007


KISAH CORNAVIN LUMBA-LUMBA MILIK JESSICA



Tahun 1974, teman saya Jessica tinggal di New York dan bekerja sebagai pelayan di kedai kopi biasa di Canal Street. Di sanalah ia bertemu dengan jam kesayangan pertama dan terakhir dalam hidupnya, Si “Cornavin Lumba-lumba”.

Saat itu di trotoar depan kedai, seorang pedagang kaki lima ingin menjual sebuah jam bermerk Cornavin pada Jessica. Ia minta satu dolar untuk itu. Jessica merasa harga segitu masih wajar. Namun, tepat saat ia hendak mengambil sereceh dari uang tipnya pagi itu, pacarnya datang. Mereka bertengkar hebat, dan setelah menyaksikan semuanya, pedagang kaki lima itu malah merasa kasihan pada Jessica. Ia lalu memberikan jam tangan itu cuma-cuma. Begitulah bagaimana Jessica memperoleh Si Cornavin Lumba-lumba (kita sebut aja begitu) tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.

Sejak saat itu Si Lumba-lumba tak pernah lepas dari Jessica. Sudah 24 tahun tepatnya. Suatu ketika jam itu pernah kebentok saat di kantor pos sehingga stemnya harus diganti. Yang menangani adalah seorang pria pemilik toko jam tangan kecil di belakang toko donat dan keripik. Lokasinya di sudut toko kelontong tempatnya bekerja di Second Avenue. Selain itu, Jessica meyakinkan saya bahwa bagian dalam Si Lumba-lumba itu belum pernah disentuh tangan manusia.



Ini luar biasa. Ketika saya bertemu Jessica seminggu yang lalu, satu-satunya keluhannya tentang Si Lumba-lumba adalah marker jam tujuhnya copot dan mengambang di atas pelat jam. Sesekali marker itu mengganjal jarum jam warna merah sehingga Jessica harus menggetokkan si Dolphin ke meja atau benda lain agar marker itu bisa minggir. Dia tanya apakah saya bisa memperbaikinya.

"Bagaimana dalamnya?" tanya Jessica, sambil memperhatikan dengan saksama saat saya melepas bagian belakangnya.

"Hmmm . . . mirip Rolex," kata saya sambil menyipitkan mata mengamati Si Lumba-lumba lewat mikroskop seakan tidak percaya. Kesamaan konsep dan eksekusi disain Si Lumba-lumba dengan Rolex langsung terlihat dan tidak salah lagi.

"Bagus dong," katanya. "Memang jam bagus tuh!"



Sekilas lihat mesinnya saya langsung tahu bahwa Jessica benar. Si Lumba-lumba ini tak pernah diservis: tak pernah ganti oli dan kotor banget. Pada gir di bagian lubang stemnya (lihat foto di atas) terlihat sudah seberapa gawat kondisi jam ini. Andai saya ambil kotoran secuplik saja dari jam ini lalu saya oleskan secara merata ke 100 jam Patek Philippe, saya cukup yakin semuanya langsung macet.

"Jam itu jalannya lancar," Jessica meyakinkan saya, "tapi tiap bulan saya memang harus menyetelnya karena dia kecepetan dua menit."

Saat saya ukur pakai electronic timer, jam tangan itu tampak seperti kata Jessica: terlalu cepat dua detik sehari dan kuat kayak sapi. Selain harus rutin menyetel ulang setiap bulan–dan, tentu saja, marker angka tujuhnya yang lompat ke sana-sini karena copot–Jessica tidak ada masalah dengan jam itu. Menakjubkan.

 

JAM APAKAH GERANGAN CORNAVIN LUMBA-LUMBA INI?

Entahlah.

Di dalam casenya tertulis “Hong Kong”, sedangkan di belakang pelat tertulis Taiwan sedangkan di mesin tertulis nomor-nomor. Tak ada identitas produsennya. Mungkin ini mesin buatan Russia yang barangkali agak dikenal orang, Poljot atau Khrushchev. Barangkali pembaca ada yang tahu?

Gambaran saya soal Si Lumba-lumba adalah begini; ia adalah jam manual dengan mesin yang kokoh berukuran 12,5 lignes (diameter 28 mm), tebal sekitar 5 mm, dan 17 jewels. Menempati casing baja yang tebal banget, mesinnya ditahan oleh holder plastik dan tutup belakangnya adalah stainless steel tipe ulir. Mesinnya terlihat di foto berikut, sudah saya bersihkan debu dan kelembapan di bagian yang terlihat saja. Di bagian luarnya, casing stainless ini tidak berlapis apapun yang secara mengejutkan polesannya bagus (panah biru), meskipun pada area lug-nya terlihat sangat kasar (panah kuning). Pemasangan kaca kristal akrilik perseginya tampak tidak bikin tahan air sama sekali.


Di sela-sela obrolan, Jessica ingat pernah melihat semacam benang hitam tipis nongol di antara case dan kacanya. Dia mencabutnya lalu membuangnya.

"Itu sudah bertahun-tahun lalu," katanya, tampak sedikit khawatir. "Masalah nggak ya?"

"Sepertinya tidak."

 


Bagian escapement Si Lumba-lumba menggunakan balance wheel dan regulator konvensional yang halus (sepertinya model Glucydur), dengan shock protection semacam Incabloc versi Rusia. Penahan jewelnya nampak tiga-empat kali lebih tebal dari Incabloc versi Swiss yang pernah saya tahu.


PERBANDINGAN YANG JELAS

Segala sesuatu di Cornavin Lumba-lumba ini lebih tebal daripada apa pun yang pernah saya lihat di jam tangan Swiss kontemporer–kecuali Rolex Explorer yang saya periksa beberapa bulan lalu (lihat Rolex Explorer Ref. 14270). Konsep mesin, eksekusi dan tampilan Si Lumba-lumba benar-benar kayak Rolex. Kesan awal saya ternyata terbukti setelah pemeriksaan lebih lanjut. Detail demi detail mengingatkan saya pada Explorer. Tidak diragukan lagi nih, penciptanya pasti terinspirasi oleh Rolex. Saya yakin dia punya Rolex di tangannya.


Ya memang casing dan pelat jam Rolex jauh lebih halus daripada Si Dolphin. Saya menilai braceletnya hampir sebanding kualitasnya, meskipun punya Si Lumba-lumba lebih lentur karena kecil daripada braceletnya Explorer yang lebih besar. Namun keduanya menggunakan tipe buckle pengunci stainless berstempel yang mirip. Bahkan ternyata tipe marker pada Si Lumba-lumba juga tipe tanam, yang ditancapkan pada pelat jam dengan pin. Kalau dilihat kualitas pelat jamnya saja, bahkan pada tahun 1974, harga Si Lumba-lumba mungkin bukan cuma satu dolar, melainkan 50 dolar.

Soal mesin jamnya, Rolex bertipe automatic winding, sedangkan Si Lumba-lumba tidak punya pengaturan tanggal yang cepat, sehingga kompleksitasnya kurang lebih sama. Finishingnya secara umum serupa, baik dalam gaya maupun kualitas. Kalau pada Si Lumba-lumba “decouverture” untuk jewel (panah kuning sebelah kanan) finishingnya bagus, punya Rolex malah tidak segitunya. Sayangnya pemasangan jewelnya sangat buruk. Nggak pas di tengah (panah biru).

 


Namun, hanya satu lubang jewel pada Si Lumba-lumba (panah kuning sebelah kiri di foto inset) yang pengerjaannya kasar sebagaimana juga pada sebagian besar mesin Explorer. Bagian rotor automatic winding Rolex (biasanya berbentuk setengan piringan yang terpasang di bagian atas mesin) memiliki kualitas finishing yang jauh lebih baik daripada mesin dasar di kedua jam tersebut.

Sedangkan selebihnya soal perbandingan mesin antara Si Lumba-lumba dengan Rolex adalah unggul di satu sisi, namun kurang di sisi lain. Namun, secara keseluruhan, Si Lumba-lumba punya pengerjaan yang lebih bersih dan unggul baik dari aspek konstruksi maupun finishing. Beberapa komponen Si Lumba-lumba, termasuk balance wheel, escape wheel, dan pallet lever, punya kualitas yang jauh lebih baik daripada Explorer. Dan finishing mesin Si Lumba-lumba ini nggak muluk-muluk, yang mana di Explorer saja nggak cukup rapih. Yang dipoles rapih hanya sebagian besar plate dan bridge. Seperti Explorer, beberapa permukaan tetap dibiarkan kasar.





BAGAIMANA SI LUMBA-LUMBA BERENANG?

Mesin jam Si Lumba-lumba sangat kotor dan beneran basah karena air. Mungkin pelumasan mesinnya ya hanya dari kelembaban ini. Namun, Si Lumba-lumba yang sudah berusia 24 tahun ini mesinnya masih lancar-lancar saja. Satu-satunya perawatan yang saya berikan hanyalah mengelap kelembabannya dan membersihkan kotoran yang terlihat di permukaan. Sama sekali tidak membongkarnya.



Ajaibnya, jam tangan itu hampir sepenuhnya bebas dari korosi atau karat, mungkin karena terus-menerus basah. Performa laju mesin tercepat atau dial-up (lihat foto di atas) berada dalam rentang dua detik per hari, dan amplitudo 271 derajat sangat luar biasa mengingat kondisi jam tangan tersebut. (Biasanya, orang akan mengharapkan minimal 275 derajat pada jam tangan yang baru diservis.) Saya tidak dapat memperbaiki beat error 0,3 milidetik (yang sudah sangat bagus), meskipun kalau escapementnya dibersihkan sepertinya akan sangat membantu. Variasi antara posisi tercepat (dial-up) dan paling lambat (crown down, +13 detik, 0,4 ms, 246 derajat) hanya 11 detik, yang artinya performanya luar biasa.

Performa Rolex Explorer jauh lebih baik daripada Si Lumba-lumba (selisih tiga detik antara posisi paling lambat dan posisi paling cepat), tapi harap diingat bahwa mesinnya lebih baru. Padahal Si Lumba-lumba ini mesinnya terkontaminasi serpihan kuningan dan dilumasi asal-asalan dari pabrik. Sulit untuk memperkirakan performa Rolex setelah 24 tahun tanpa servis dan dalam kondisi separah Si Lumba-lumba saat ini. Sulit membayangkan Rolex tetap bekerja dengan baik dalam keadaan seperti itu. Performa Si Lumba-lumba yang tahan lama sangatlah mengesankan.

 

KESIMPULAN



Karena perbedaan citra publik dan harga, nggak gampang bagi kita untuk menerima perbandingan antara Cornavin Lumba-lumba dan Rolex Explorer. Namun pengamatan empiris menunjukkan bahwa, selain casing dan dial, kedua jam tangan ini sangat mirip. Meskipun harga kedua jam tangan ini beda jauh, kualitas mesinnya bisa dibilang setara.

Jika dinilai berdasarkan kelas harganya, Si Lumba-lumba dan Explorer sama-sama bikin kaget. Si Lumba-lumba mengejutkan karena kualitas produksinya yang luar biasa, daya tahannya, dan keandalannya untuk "jam tangan seharga satu dolar"–mungkin, lebih realistis, 300 dolar dalam situasi ekonomi saat ini. Explorer mengejutkan karena kualitas produksinya yang buruk untuk jam tangan di kelas harganya. Meskipun casing Rolex, dan terutama pelat jamnya, jauh lebih unggul, hal ini saja tidak cukup masuk akal kenapa kok perbedaan harganya njomplang banget.

Yang mengejutkan dari kedua jam tangan tersebut (Cornavin dan Explorer) adalah performa yang luar biasa mengingat kualitas dan kondisi mesin yang relatif buruk. Tidak diragukan lagi bahwa konstruksi yang kokoh, sederhana, dan tebal memberikan keuntungan dalam hal ini. Mesin Rolex yang dibuat lebih elegan dan rumit membutuhkan servis yang konsisten dan berkualitas. Namun, Si Lumba-lumba juga memberikan keuntungan yang jelas dari konstruksi sederhana semacam ini yang tidak ditawarkan oleh Rolex: harga yang murah. Misal harga Cornavin adalah 300 dolar saat ini, seseorang bisa beli delapan Cornavin Lumba-lumba yang kalau beli Explorer cuma dapat satu. Bahkan mungkin bisa ada banyak pilihan warna pelat yang berbeda dari Si Lumba-lumba, ketimbang Rolex yang cuma Caribbean Blue gitu-gitu saja.



Jika tawaran itu tidak menarik, Anda harus mempertimbangkan hal terakhir ini. Berapa banyak jam tangan yang jarum detiknya dicat secara manual oleh pabriknya, ketempelan rambut manusia? (lihat panah kuning di gambar). Rambut itu setia nongkrong di sana selama 24 tahun lho. Ini kalau kita bicara tentang ketangguhan.

Artikel asli ada di sini: https://www.timezone.com/2002/09/16/jessicas-cornavin-dolphin/